Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sistem kesehatan di Jalur Gaza, Palestina tengah berada di ujung tanduk.
Sistem kesehatan akan kewalahan jika listrik, bahan bakar, dan pasokan kesehatan yang dapat menyelamatkan nyawa tidak segera dikirim ke Jalur Gaza di tengah blokade total.
Rumah sakit hanya mempunyai pasokan listrik beberapa jam setiap hari karena mereka terpaksa menjatah cadangan bahan bakar yang semakin menipis. Selama ini, rumah sakit bergantung pada generator untuk menjalankan fungsi-fungsi yang paling penting.
Bahkan, fungsi-fungsi ini harus dihentikan dalam beberapa hari, ketika stok bahan bakar akan habis. Dampaknya akan sangat buruk bagi pasien yang paling rentan. Pasien rentan adalah mereka yang terluka dan memerlukan operasi penyelamatan nyawa, pasien di unit perawatan intensif, dan bayi baru lahir yang bergantung pada perawatan di inkubator.
Ketika jumlah korban luka dan kematian terus meningkat akibat serangan udara, darat, dan laut yang terus berlanjut di Jalur Gaza, kekurangan pasokan medis yang parah semakin memperparah krisis ini. Kurangnya pasokan membatasi kapasitas tanggap rumah sakit yang sudah kewalahan untuk merawat orang yang sakit dan terluka.
Situasi ini juga sangat mengganggu penyediaan layanan kesehatan penting. Termasuk layanan kebidanan, penanganan penyakit tidak menular seperti kanker dan penyakit jantung, serta pengobatan infeksi umum. Pasalnya, semua fasilitas kesehatan terpaksa memprioritaskan perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawa.
Israel memindahkan sejumlah tank ke sekitar perbatasan Jalur Gaza di tengah kian panasnya konflik dengan Palestina.