haha69
haha69
haha69

Stunting merupakan Masalah Gizi Kronis pada Anak. Apa Gejalanya?

Stunting merupakan Masalah Gizi Kronis pada Anak.  Apa Gejalanya?

Liputan6.com, Jakarta – Stunting masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Sesuai target, penurunan stunting di Indonesia hingga 14 persen memiliki tenggat waktu hingga 2024.

Mengutip laman promkes.kemkes.go.id, stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama. Umumnya hal ini berkaitan dengan asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut meski proses stunting terjadi mulai dari kandungan, kondisi ini baru akan terlihat saat anak berusia 2 tahun.

Menurut dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A) dari RS EMC Tangerang, stunting disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dan tidak terjadi secara tiba-tiba.

“Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Pada umumnya stunting disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Kondisi ini bisa dimulai sejak janin masih dalam kandungan hingga berlanjut setelah bayi lahir, terutama pada 2 tahun pertama kehidupannya,” Himawan jelasnya, dikutip dari laman emc.id.

Sedangkan menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis). Tinggi dan berat badan anak diukur menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Stunting tidak hanya berkaitan dengan terhambatnya pertumbuhan fisik pada anak, tetapi juga menyebabkan otak anak tidak berkembang secara optimal. Perkembangan otak yang terhambat dapat mempengaruhi mental dan kemampuan belajar anak yang tidak optimal dan berdampak pada prestasi belajar yang kurang baik.

Efek jangka panjang dari stunting dan malnutrisi kronis akan dirasakan individu bahkan setelah dewasa. Stunting dan kondisi gizi buruk lainnya sering dianggap sebagai faktor risiko masalah kesehatan seperti diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.

Data RISKESDAS menunjukkan prevalensi stunting balita pada 2018 mencapai 30,8 persen. Artinya, satu dari tiga balita mengalami perawakan pendek akibat kekurangan gizi kronis.