Liputan6.com, Jakarta – Kasus kopi sianida Jessica Wongso kembali menyeruak pada awal Oktober 2023. Hal ini lantaran sebuah saluran televisi berlangganan menyiarkan film dokumenter soal kasus ini dengan judul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (Es Kopi: Pembunuhan, Kopi dan Jessica Wongso).
Dokumenter ini mengulas berbagai pertanyaan tak terjawab seputar persidangan Jessica Wongso. Tayangan dokumenter ini mendapatkan reaksi publik di Tanah Air dengan pendapat pro dan kontra.
Dalam kasus tersebut, sianida disebut-sebut sebagai substansi yang merenggut nyawa korban, Wayan Mirna Salihin.
Mengulik lebih dekat, bagaimana sebenarnya fakta-fakta mengenai sianida?
Mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, Senin (9/10/2023), setelah sianida dilepaskan ke udara, orang dapat terpapar melalui kontak kulit atau kontak mata atau menghirup (menghirup) gas sianida.
Menghirup gas sianida menyebabkan gejala yang paling cepat muncul, namun menelan sianida padat atau cair juga bisa menjadi racun.
Setelah sianida dilepaskan ke dalam air, orang dapat terpapar dengan menyentuh atau meminum air. Sianida padat yang dilepaskan ke dalam air juga dapat menghasilkan gas hidrogen sianida (HCN atau AC) yang dapat menyebabkan orang menghirup (menghirup) gas tersebut.
Makan, minum atau menyentuh makanan atau minuman yang terkontaminasi sianida dapat membuat orang terpapar sianida. Kontaminasi makanan atau minuman lebih mungkin terjadi pada bentuk padat.
Gas Sianida Paling Berbahaya
Gas sianida paling berbahaya di tempat-tempat tertutup di mana gas akan terperangkap. Gas sianida dapat menyebar dengan cepat di ruang terbuka tergantung pada cuaca, sehingga tidak terlalu berbahaya di luar ruangan.
Gas hidrogen sianida (HCN atau AC) lebih ringan daripada udara, sehingga gas akan naik. Sianogen Klorida (CNCl atau CK) lebih berat dan akan tenggelam ke daerah dataran rendah dan meningkatkan risiko paparan di sana.