haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
haha69

Ragam Gejala COVID-19 Subvarian Pirola, Demam hingga Sakit Tenggorokan

Ragam Gejala COVID-19 Subvarian Pirola, Demam hingga Sakit Tenggorokan

Liputan6.com, Jakarta Status kedaruratan COVID-19 telah dicabut, tapi peningkatan kasus positif kembali terjadi di beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan China.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) peningkatan ini disebabkan oleh subvarian baru COVID-19 yakni BA.2.86 yang dijuluki Pirola. 

Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, belum ada gejala spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz.

“Belum ada data mengenai gejala spesifik yang terkait dengan infeksi akibat BA.2.86 lantaran kasusnya masih sedikit,” kata Pekosz mengutip laman Today.

Bila mengacu pada data GISAID pada 4 September 2023, kasus BA.2.86 dilaporkan dari 9 negara. Terbanyak di Denmark dengan 12 kasus. Disusul Swedia (5), Amerika Serikat (4), Afrika Selatan (3).

Lalu, masing-masing dua kasus di Prancis, Inggris, Portugal. Kemudian Israel dan Kanada masing-masing terdata 1 kasus.Pada kasus yang di Inggris, ternyata tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan varian tersebut sudah menyebar di sana seperti mengutip laporan The BMJ.

Hingga saat ini memang belum ada bukti Pirola menyebabkan keparahan bila seseorang terinfeksi virus in. Namun, data ini bisa berubah seiring dengan masuknya data ilmiah tambahan.

Bila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah.

Kemampuan Menginfeksi Orang yang Sudah Divaksinasi

Pirola bisa menginfeksi banyak orang dan meningkatkan jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia. Subvarian ini berasal dari garis keturunan XBB yang merupakan keturunan Omicron. Subvarian ini kini berada dalam pengawasan ketat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sejauh ini belum banyak sampel strain Pirola atau BA.2.86 yang diterima. Terbatasnya sampel yang diterima membuat tingkat keparahannya pun tidak diketahui.

Berdasarkan penilaian CDC, “BA.2.86 mungkin lebih mampu menginfeksi orang yang sebelumnya pernah kena COVID-19 atau yang telah menerima vaksin COVID-19,” mengutip First Post, Selasa (5/9/2023).

Hal ini menunjukkan bahwa subvarian Pirola lebih mungkin menyebabkan infeksi baru dibandingkan varian sebelumnya.

Mutasi dan penyebaran varian COVID-19 Omicron masih terjadi. Terbaru, Indonesia melaporkan penambahan varian anakan dari Omicron yakni subvarian CH.1.1 atau Orthrus. Data terbaru, sudah ada 53 kasus Orthrus yang disampaikan Kementerian Kesehatan (Kem…