Tekanan terhadap rumah sakit juga berdampak pada kelompok rentan, yakni ibu hamil dan anak-anak yang baru lahir.
Lembaga kemanusiaan Care International memperingatkan pada hari Senin(30/10/2023), bahwa kondisi medis yang mengerikan memperburuk risiko kematian ibu dan bayi baru lahir, yang sudah sangat tinggi di Gaza.
Lembaga yang berbasis di Jenewa, Swiss itu melaporkan, wanita hamil di Gaza terpaksa menjalani operasi caesar darurat tanpa anestesi. Rata-rata 160 wanita hamil diperkirakan akan melahirkan setiap hari selama sebulan ke depan di Jalur Gaza.
Selain itu, ada sekitar 130 bayi yang baru lahir di inkubator yang juga tidak dapat beroperasi tanpa listrik.
Rumah Sakit Menampung Pengungsi
Rumah sakit di daerah tersebut ibarat tergantung pada seutas benang, dari informasi PBB. Hanya ada sekitar 10 rumah sakit di Gaza masih beroperasi, namun fasilitas-fasilitas tersebut terus-menerus menerima perintah evakuasi.
Bashar Morad, Direktur Eksekutif Palestinian Red Crescent dan Direktur Rumah Sakit Al-Quds mengatakan, rumah sakitnya telah menerima beberapa kali perintah evakuasi dari Israel di tengah-tengah konflik.
Meski begitu, evakuasi hampir tidak mungkin dilakukan. Sebuah fasilitas kesehatan di Jalur Gaza utara, Al-Quds menerima ratusan pasien yang terluka akibat penembakan, serta menampung para pengungsi Palestina yang mencari tempat berlindung.
Hingga 16.000 pengungsi berlindung di Al-Quds, dengan banyak yang tinggal di koridor-koridor gedung karena fasilitas tersebut tidak dibangun untuk menampung jumlah pengungsi.