Liputan6.com, Jakarta Salah satu upaya melindungi anak yang perlu dilakukan orangtua untuk mendukung tumbuh kembang optimalnya adalah mencukupi kebutuhan nutrisi dan memberikan stimulasi yang tepat sesuai kebutuhan.
Namun, ada kalanya anak justru menunjukkan masalah makan (feeding difficulties). Hal ini umum dialami orang tua di Indonesia, bahkan di berbagai negara lain. Tentu ini menyulitkan orangtua dan berpotensi jadi masalah karena di masa-masa pertumbuhan, banyak zat gizi dibutuhkan anak.
Pakar Gastrohepatologi Prof Badriul Hegar menyebutkan masalah makan pada anak perlu menjadi perhatian karena berdampak pada terganggunya pertumbuhan.
“Konsumsi zat nutrisi yang tidak optimal, perkembangan juga terganggu, dan mempengaruhiemosinya. Istilah yang sering dipakai dan penerapannya pada masalah makan bervariasi, kadangtidak konsisten. Ada yang menyebutnya kesulitan makan, picky eater, selective eater, dan beberapa istilah lainnya,” katanya, melalui keterangan tertulis, Sabtu (12/8/2023).
Tingkat kesulitan pada anak pun bervariasi bergantung istilah yang digunakan dan umur. Secara umum berkisar 20-70% pada anak usia di bawah 5 tahun. Meskipun sebagian besar disebabkan non organik, sebagai dokter dan orang tua perlu mewaspadai adanya alarm symptoms penyakit organik pada 20-30% anak dengan masalah makan.
Beberapa kelainan organik yang menyebabkan masalah makan pada anak, lanjut Prof Badriul, seperti:
1. Gangguan saluran cerna penyakit refluks gastroesofagus (PRGE), kolik infantil, infeksi saluran cerna.
2. Alergi makanan terutama terhadap protein susu sapi, atau bahan makanan lainnya seperti gluten pada penyakit seliak.
3. Gangguan perkembangan motorik dan sensorik juga memengaruhikemauan makan, kesulitan mengunyah dan menelan makanan.
Masih banyak orang tua yang bingung Ketika anak mendadak tidak nafsu makan. Kenali tanda-tada penyebab anak berkurang nafsu makannya. Simak video berikut.