Di Indonesia sendiri, kemampuan surveilans terus ditingkatkan. Dari informasi Kementerian Kesehatan RI, 514 kabupaten/kota di Indonesia ditargetkan mempunyai kemampuan surveilans untuk mendeteksi virus.
“Saya kira sedikitnya 514 kabupaten/kota di Indonesia harus memiliki kemampuan surveilans ini. Jadi, kalau ada virus baru bahkan bakteri sekalipun, kita bisa deteksi dengan cepat,” lanjut Budi Gunadi Sadikin.
“Makanya, ‘perangkat keras’ sangat penting dari penggunaan uang yang kita miliki. Kita perlu menaruhnya di ‘perangkat lunak’ (software) untuk dipersiapkan untuk waktu berikutnya.
Persiapkan Tenaga Ahli
Poin kedua adalah sumber daya manusia. Menkes Budi Gunadi mengibaratkan sebagai perangkat lunak (software).
“Jika kita memiliki laboratorium, tapi tidak memiliki teknisi, maka kita tidak bisa menggunakan laboratorium tersebut. Jika kita memiliki keuntungan, kita memiliki lab untuk mengidentifikasi,” katanya.
“Tetapi kami tidak memiliki ilmuwan yang dapat menganalisis pengobatan terbaik untuk virus. Oleh karena itu, hal kedua yang kami diskusikan adalah, bagaimana kami dapat mempersiapkan sumber daya manusia.”