Liputan6.com, Bekasi – Kasus bocah 7 tahun berinisial BA yang meninggal karena mati batang otak usai operasi amandel di RS Kartika Husada Jatiasih, Bekasi menyorot perhatian publik. Kabar ini beredar viral di media sosial disertai dengan mencuatnya dugaan malapraktik dokter di sana.
Komisaris RS Kartika Husada Jatiasih Nidya Kartika Yolanda memberikan penjelasan sekaligus klarifikasi terhadap kasus tersebut. Ditegaskan bahwa pernyataan pasien anak tersebut ‘mati batang otak’ belum pasti dan masih dalam kategori suspek.
Artinya, ada kemungkinan mengarah ke mati batang otak. Walau begitu, membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, yang mana hal itu terkendala lantaran tidak ada rumah sakit rujukan yang mau menerima bocah A.
“Masih suspek ya. Begini, untuk mendapatkan foto diagnosis itu harus serangkaian tahapan. Enggak bisa, misalnya, batuk atau demam terus bilang ‘oh ini COVID,’ ya enggak bisa,” jelas Nidya saat konferensi pers, Selasa (3/10/2023).
“Kita ada yang namanya anamesis, ada tanya jawab, dia ditanya, dilihat dari kondisinya. Habis itu ada pemeriksaan penunjang CT Scan. Makanya masih tidak pasti, ini kemungkinan batang otak, jadi harus ada pemeriksaan lain.”
Ada Risiko Mati Batang Otak
Nidya menegaskan pihaknya juga sudah menyampaikan kepada keluarga bocah A soal risiko mati batang otak. Mati batang otak secara normal memang bukan menjadi risiko utama dari operasi amandel, namun kemungkinan hal itu terjadi tetap ada.
Walau begitu, tergantung dari kondisi riwayat medis pasien.
“Sudah ada risiko itu. Kita tidak tahu, badan masing-masing orang itu kan berbeda. Kita enggak tahu kondisi medis sebelumnya, reaksi si anak ini, itu kan bisa berbeda setiap orang,” tegas Komisaris RS Kartika Husada ini.