Liputan6.com, Jakarta – Cacar monyet kini penamaannya oleh WHO disebut sebagai Mpox, tidak lagi sebagai ‘monkeypox’ karena tidak selalu berhubungan dengan monyet.
Risiko terkena Mpox tidak hanya terbatas pada mereka yang aktif secara seksual atau biseksual atau lelaki seks dengan lelaki (LSL), termasuk juga mereka yang melakukan seks dengan berbagai partner atau multiple sex.
Namun, pada dasarnya siapa saja yang ada kontak langsung ‘close contact’ dengan pasien mpox dan atau bahkan tercemar, sebenarnya dapat saja punya risiko tertular. Ini yang perlu disadari masyarakat luas.
Di sisi lain, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari berbagai negara memang menyebut bahwa peningkatan kasus Mpox di tahun 2022/2023 ini utamanya terjadi pada kelompok gay, bisexual, dan LSL lainnya.
Kasus cacar monyet di negara kita sejauh ini semuanya adalah laki-laki.
Cara Pencegahan Cacar Monyet
Secara umum ada sembilan langkah pencegahan cacar monyet.
Pertama, kenali tanda dan gejala penyakit ini yang pada dasarnya adalah kelainan di kulit (ruam, vesikel, keropeng, semacam bisul, dan lain-lain), pembesaran kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot dan berbagai keluhan lainnya, seperti yang sudah banyak diberitakan di media massa.
Kedua, kenali bagaimana penularannya, yaitu kontak langsung dengan lesi yang ada di pasien dan mungkin juga bahan yang tercemar, serta hubungan seksual dengan pasien.
Ketiga, pencegahan utamanya adalah jangan melakukan kontak langsung ‘close contact termasuk jangan melakukan hubungan seks dengan pasien dan mereka yang terduga (sesuai dengan gejala di atas) sampai ada kepastian bahwa dia sakit mpox atau tidak.