Liputan6.com, Jakarta – Laporan Global Initiatives for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2023 menyebut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebagai penyebab kematian ketiga terbanyak dunia. Capai 3,23 juta kasus pada 2019.
Disebut juga bahwa sebanyak 90 persen dari kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
GOLD kemudian memaparkan faktor risiko PPOK paling umum adalah asap rokok dan polusi udara yang berasal dari partikel kimia, gas industri maupun rumah tangga.
Sementara, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK di Indonesia yang diterbitkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada 2023 merilis jumlah penderita PPOK di Tanah Air diperkirakan capai 4,8 juta orang dengan prevalensi 5,6 persen.
Dijelaskan dr Triya Damayanti SpP(K) PhD dari Perwakilan Kelompok Kerja Asma dan PPOK di PDPI bahwa PPOK berhubungan erat dengan kejadian flu yang serius.
Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan sembilan dari 10 orang yang dirawat di RS akibat flu ternyata juga menderita penyakit kronis seperti PPOK.
“Sehingga sangat direkomendasikan agar semua populasi berumur enam bulan atau lebih untuk menerima vaksin flu setiap tahunnya. Ini juga menjadi hal penting bagi pasien PPOK,” kata Triya.
Hal itu disampaikan Triya dalam acara Peringatan Hari PPOK Sedunia yang digagas GSK bersama PDPI di kegiatan car free day (CFD) Bundaran HI, Jakarta belum lama ini.
PPOK umum ditemukan pada populasi masyarakat berumur di atas 40 tahun dengan beberapa faktor risiko.
Pasien cenderung kurang menyadari saat didiagnosis PPOK, sehingga sering kali datang ke dokter dalam kondisi yang lebih buruk.