haha69
haha69
haha69

HEADLINE: Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD, Sosialisasinya?

HEADLINE: Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD, Sosialisasinya?

Sejumlah peneliti dan tokoh publik pun ikut menanggapi langkah pengendalian kasus DB melalui teknologi Wolbachia. Peneliti Global Health Security Dicky Budiman menyoroti teknologi Wolbachia terhadap nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus dengue terdapat risiko tertentu. Seiring dengan pemanasan global, suhu panas justru akan mengurangi intensitas Wolbachia.

“Sebagai contoh dalam Wolbachia. Efek pemanasan global pada riset suatu paper, bahwa suhu panas ini untuk wolbachia sebagai media blocking patogen menurun. Karena suhu panas, masa inkubasi nyamuk virus dari menggigit itu menjadi lebih pendek,” jelas Dicky kepada Health Liputan6.com, ditulis Rabu, 15 November 2023.

“Ini yang akhirnya enggak kekejar sama Wolbachia. Terus suhu yang semakin panas mengurangi intensitas Wolbachia. Yang kita tahu, jumlah Wolbachia dibutuhkan cukup banyak untuk efektif membloking replikasi virus.”

Dicky menekankan, penerapan Wolbachia di Indonesia sebaiknya tidak hanya melibatkan satu keahlian saja, melainkan berbagai cabang keilmuwan atau multibackground.

“Mekanisme memonitor, mencermati riset ini dan risiko mutasi meningkat sehingga ini tidak sepenuhnya bisa diandalkan,” imbuhnya.

“Itu sebabnya, dalam konteks public health, 3M untuk DBD, yakni menguras, menutup, mendaur ulang itu tetap harus jadi strategi utama dijalankan selain hal seperti ini (Wolbachia), yang masih menunggu 20-30 tahun lagi ke depan.”

Sementara mantan Direktur Penyakit Menular WHO, Prof Tjandra Yoga Aditama yang juga mengamati upaya Kemenkes menekan kasus DBD menyebut, program tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Menurutnya, penanggulangan virus Dengue dengan teknologi Wolbachia pada nyamuk perlu menjadi bagian dari program yang lebih besar.

“Program ini tentu tidak bisa berdiri sendiri,” ujar Tjandra pada 1 Juni 2023.

Tjandra berpendapat, penggunaan nyamuk Wolbachia untuk mencegah penyebaran virus Dengue akan lebih efektif jika menjadi bagian dari pendekatan pengendalian nyamuk terintegrasi.

“Penggunaan Wolbachia ini akan jadi lebih efektif kalau ditetapkan sebagai bagian dari suatu program lengkap yang disebut sebagai ‘integrated mosquito management (IMM) approach’ atau pendekatan pengendalian nyamuk terintegrasi.”

Pendekatan tersebut meliputi lima hal yakni surveilans nyamuk, menggunakan larvasida dan insektisida, mengedukasi masyarakat mengenai cara mengendalikan nyamuk di sekitar tempat tinggal, membersihkan tempat tinggal, serta memonitor bagaimana dampak program yang ada terhadap jumlah nyamuk yang beredar.

Tjandra menjelaskan, pelepasan nyamuk dengan Wolbachia, menurut Center of Disease Control and Prevention (CDC) memang bukan bertujuan menghentikan terjadinya ledakan (outbreak) penyakit.

“Penggunaan nyamuk dengan Wolbachia di lingkungan pemukiman selama beberapa bulan diharapkan dapat mengurangi jumlah jenis nyamuk tertentu, misalnya Aedes Aegypti.” 

Terbaru, Tjandra juga menyoroti kasus dengue belum tampak jelas menurun di Singapura meski proyek Wolbachia di negara tersebut telah dimulai sejak 2016. Pada awal September 2023, Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura memberi peringatan bahwa negara itu mungkin akan mengalami kenaikan kasus lagi. Laporan mingguannya menunjukkan beberapa ratus kasus, dengan lebih dari 50 klaster aktif yang terjadi.

Di sisi lain, di beberapa daerah penelitian Wolbachia seperti Tampines, Yishun dan Choa Chu Kang, populasi nyamuk Aedes aegypti turun sampai 98 persen dan kasus dengue sampai 88 persen, sesuai penjelasan dari anggota Parlemen Baey Yam Ken.

Tjandra menilai, akan lebih baik jika ada perkembangan pendapat resmi WHO tentang Wolbachia di tahun 2023 ini.