Seperti disampaikan di atas, stroke bisa terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik) dan pecah pembuluh darah (stroke hemoragik). Sebagian besar kasus stroke karena sumbatan pembuluh darah (stroke iskemik).
Pada stroke iskemik, pengobatan dilakukan dengan menyumbat pembuluh darah dan membersihkan darh yang menekan sel-sel otak. Sementara itu, pada stroke iskemik, teknologi yang maju memungkinkan pasien bisa mendapatkan penanganan tepat sehingga saat keluar rumah sakit tidak lagi dalam kondisi cacat.
Sigit menerangkan bahwa waktu kedatangan pasien setelah gejala pertama stroke muncul menentukan terapi yang digunakan.
Pertama, pemberian obat untuk ‘menghancurkan’ sumbatan dengan memasukkan obat trombolitik lewat infus. Tindakan ini memerlukan waktu sekitar satu jam dan bisa dilakukan di UGD. Hal ini dikenal dengan Intra-Vena Thrombolysis.
“Tindakan ini bisa dilakukan asal pasien datang kurang dari 4,5 jam sejak gejala pertama muncul. Sehingga masih ada harapan masuk rumah sakit dalam kondisi cacat tapi keluar sudah bisa berjalan lagi,” kata Sigit.
Kedua, tindakan bernama Intra-Arterial Thrombolysis. Tindakan ini bisa dilakukan ke pasien stroke iskemik yang gejala pertama muncul 4,5 jam hingga enam jam.
Dokter akan memasukkan kateter lalu menyemprotkan obat penghancur sumbatan. Pasien mendapatkan tindakan dengan berbaring di atas meja cathlab selama sekitar satu jam. Namun lama atau sebentar tergantung dari pengalaman dokter.
Ketiga, Mechanical Thrombectomy. Tindakan ini dilakukan bila pasien datang ke rumah sakit lebih dari enam jam dan kurang dari 24 jam setelah gejala pertama stroke muncul.
“Menggunakan kateter untuk menyedot plak-plak yang menyumbat,” terang Sigit soal metode Mechanical Thrombectomy.