Liputan6.com, Jakarta – Penelitian terbaru menemukan bukti jelas bahwa mendengarkan musik klasik dalam kelompok seperti gedung konser menyebabkan semacam simfoni di seluruh tubuh yang berdampak pada detak jantung dan pernapasan.
“Sinkronisasi, terutama sinkronisasi detak jantung, akan lebih tinggi ketika pendengar merasa tergerak secara emosional dan terinspirasi oleh sebuah karya serta tenggelam dalam musiknya,” kata tim peneliti dari University of Bern di Swiss. Seperti dilansir dari laman New York Post pada Minggu, 8 Oktober 2023.
“Ketika kita berbicara tentang hal-hal yang sangat abstrak seperti pengalaman estetika, bagaimana seseorang merespons seni dan musik, tubuh selalu terlibat di sana,” pemimpin peneliti Wolfgang Tschacher, yang mengamati 132 penonton di tiga pertunjukan klasik, mengatakan kepada Agence France-Presse
Kamera yang digunakan dalam penelitian ini, meskipun pencahayaannya gelap dan jarak tempat duduk akibat COVID-19, bahkan mampu menangkap bahwa mereka yang hadir sering kali bergerak secara sinkron satu sama lain, karena laju pernapasan mereka juga menunjukkan keselarasan.
Mereka yang menunjukkan “keterbukaan terhadap pengalaman baru” dan “keramahan” paling banyak mengalami hal tersebut.
Tschacher memperkirakan fenomena seperti itu akan “lebih kuat” di genre musik lainnya.
“Ada alasan tambahan mengapa orang melakukan sinkronisasi dalam konser pop, orang bergerak, mereka menari, dan itu disinkronkan dengan musiknya dan itu akan memberikan hasil yang lebih jelas,” katanya.
Temuan ini muncul setelah seorang penonton mengerang keras, mungkin karena orgasme saat Los Angeles Philharmonic memainkan Simfoni Kelima Tchaikovsky di California Selatan pada musim semi lalu.