Liputan6.com, Jakarta – Sama seperti manusia, kucing juga terkadang bertengkar dengan temannya. Hal ini dilakukannya karena beberapa hal, seperti menjaga wilayahnya dan melindungi segala sesuatu yang sudah diklaim menjadi miliknya.
Kucing yang hendak menyerang kawannya biasanya akan melakukan beberapa postur tak biasa.
“Ketika kucing bahagia, kumisnya rileks, telinganya ke depan, matanya rileks,” ujar Ashlie Saffire, DVM, seorang dokter hewan di Dublin, Ohio kepada Reader’s Digest.
“Akan tetapi, ketika kucing agresif atau takut, telinganya akan rata, kumisnya sangat lurus dan pupilnya melebar. Itu adalah tanda-tanda bahwa terdapat masalah.”
Selain itu, jika Anda melihat kucing yang tengah bersantai di sofa melihat ke arah kucing lain dan melakukan kontak mata, maka ini berarti ia tengah berusaha menjaga wilayahnya.
Sebaliknya, kucing yang kurang dominan (target serangan) akan cenderung menyembunyikan keberadannya. “Seekor kucing yang merasa terancam atau yang telah diserang mungkin jadi sering bersembunyi,” tutur ahli perilaku kucing bersertifikat Pam Johnson-Bennett mengutip dari Reader’s Digest.
“Ia tahu ada ancaman, dan ia tidak ingin terlihat. Si anabul yang ketakutan akan cenderung berjalan di pinggir ruangan karena tidak merasa nyaman berjalan tepat di tengah.”
Untuk mengatasi kucing yang hobi berkelahi, Reader’s Digest memberikan beberapa tips yang dapat dicoba, antara lain:
1. Singkirkan Kemungkinan Adanya Gangguan Medis
Terkadang kucing bertengkar karena merasa tidak nyaman, jadi sebaiknya pastikan bahwa emosinya tidak disebabkan oleh masalah medis tertentu. “Saya selalu memberi tahu klien untuk pergi ke dokter hewan terlebih dahulu,” kata Johnson-Bennett.
“Sering kali, ia akan mengirim email kembali dan berkata, ‘Ya ampun! Anda benar. Dia menyerang karena kesakitan.'”