Liputan6.com, Jakarta – Melakukan 3M dan vaksinasi DBD menjadi langkah pencegahan yang disarankan guna mencegah infeksi demam berdarah dengue (DBD). Saat ini, Kementerian Kesehatan RI tengah mengkaji vaksin DBD untuk dijadikan program vaksinasi nasional.
Vaksinasi Tetravalent Dengue Vaccine (TDV) menjadi salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi demam berdarah dengue (DBD). Saat ini, Kementerian Kesehatan RI tengah mengkaji vaksin DBD tersebut untuk dijadikan program vaksinasi nasional.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menyebut, proses pengkajian atau studi operasional vaksin DBD memakan waktu sekitar dua tahun.
“Sambil masyarakat melakukan vaksinasi (secara mandiri), kami melakukan riset operasional, bagaimana, apakah efektif atau tidak, kemudian bagaimana strategi pemberiannya kepada siapa dulu, itu yang sedang kita lakukan,” ujar Imran, Minggu (10/9) di Jakarta, dilansir Antara.
“Itu biasanya kita butuh waktu sekitar dua tahun,” lanjutnya.
Vaksin DBD masih tergolong baru di Indonesia. Harganya pun terbilang cukup tinggi, Rp500 ribu per dosis. Untuk mencapai efikasi maksimal, diperlukan dua dosis atau dua kali suntikan vaksin DBD.
Menilik hal tersebut, Imran mengatakan, Kemenkes tengah mengkaji pola metode dan strategi vaksinasi yang merata di seluruh Indonesia.
“Indonesia sangat luas, dan vaksin ini masih baru, masih mengkaji strategi untuk daerah seperti apa, di perkotaan seperti apa, daerah yang urban seperti apa. Jadi kita benar-benar harus mematangkan kalau iini menjadi program nasional,” jelasnya.