haha69
haha69
haha69

Banyak Warga Cianjur Tak Melek Stunting, BKKBN Kerahkan Tim Jelaskan Bahayanya

Banyak Warga Cianjur Tak Melek Stunting, BKKBN Kerahkan Tim Jelaskan Bahayanya

Liputan6.com, Jakarta Banyak masyarakat Indonesia termasuk yang di Cianjur masih belum mengetahui apa itu stunting.

Hal itu disampaikan Asisten Teknis Satuan Tugas Percepatan Penanggulangan Stunting (TA Satgas PPS) Kabupaten Cianjur, Endah Sabandiah.

“Tentu masih banyak (yang belum tahu soal stunting), dan perlu kita akui bahwa kondisi ini masih membutuhkan waktu dan proses,” ujar Endah dalam Media Gathering dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Bogor , Jumat (24/6/2023).

Oleh karena itu, tim pendamping keluarga dikerahkan untuk mengedukasi masyarakat. Di Cianjur, lanjut Endah, ada 5.724 pendamping keluarga. Rata-rata satu tim pendamping mendampingi sekitar 150 Kepala Keluarga (KK).

“Yang harus dilakukan adalah pendampingan kepada keluarga berisiko, antara lain calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, dan ibu yang memiliki anak di bawah dua tahun (baduta) dan di bawah lima tahun (balita).”

Jadi Stunting Bukan Istilah Asing

Salah satu tugas pendamping keluarga adalah penyuluhan tentang stunting agar tidak menjadi istilah asing. Penyampaian materi dilakukan sedemikian rupa sehingga materi stunting misalnya terkait bahaya dapat tersampaikan dengan baik.

“Biasanya ketika mereka berbicara tentang bahaya mereka ingin mendengarkan dibandingkan dengan mengatakan bahwa stunting adalah gagal tumbuh dan ini, ini, ini…”

Masalah lain yang masih ditemukan di masyarakat adalah masalah pola asuh dan pola pikir orang tua. Hal ini juga menjadi salah satu faktor penentu prevalensi stunting di suatu wilayah. Hal seperti inilah yang kemudian diperhatikan oleh pendamping keluarga.

“Kalaupun kami (satgas stunting) tidak bersentuhan langsung dengan target, kami dibantu oleh tim di lapangan (pendamping keluarga). Mereka yang sekarang terus melakukan proses pendampingan,” jelas Endah.

Data RISKESDAS menunjukkan prevalensi stunting balita pada 2018 mencapai 30,8 persen. Artinya, satu dari tiga balita mengalami perawakan pendek akibat kekurangan gizi kronis.