Liputan6.com, Jakarta – Deja vu adalah perasaan melihat sesuatu yang sebelumnya sudah dilihat atau dialami. Namun, di sisi lain orang tersebut juga sadar bahwa belum pernah mengalaminya. Itulah sebabnya hal ini membuat banyak orang jadi bingung.
Jean Khoury, MD, seorang ahli saraf dari Cleveland Clinic menjelaskan deja vu adalah ketika seseorang berada di tengah-tengah percakapan atau aktivitas, lalu tiba-tiba diliputi oleh perasaan pernah melakukan hal itu tapi tahu juga bahwa itu tidak mungkin.
“Jadi, deja vu adalah rasa ‘keakraban’ yang salah,” kata Khoury.
“Otak menciptakan sensasi seolah-olah seseorang pernah mengalami situasi tertentu sebelumnya, tetapi ia tidak dapat mengingatnya dari ingatan dan tidak dapat mengidentifikasi situasi sebenarnya,” jelasnya
Namun, tidak perlu merasa aneh bila mengalami deja vu. Ini adalah pengalaman yang sangat umum. Lebih dari 97 persen orang diperkirakan pernah mengalami deja vu setidaknya sekali, dan lebih dari dua pertiga orang mengalaminya secara teratur.
Bagaimana Deja Vu Terjadi?
Mengutip Verywell Mind, deja vu merupakan hasil dari dua aliran kesadaran berbeda yang bertabrakan pengalaman mengenali situasi saat ini, dan perasaan bahwa ini adalah ingatan yang tidak akurat. Ciri utamanya adalah orang tersebut menyadari bahwa mereka belum pernah melihat ini sebelumnya.
Terkadang, hal yang terjadi sebenarnya adalah masalah persepsi yang terpecah. Seseorang memproses suatu penglihatan dua kali karena perhatiannya mungkin terganggu atau penglihatannya terhambat karena alasan tertentu.
Persepsi kedua, menjadi persepsi yang dialami secara sadar namun terasa asing karena kita tidak menyadari pengalaman pertama, yang hanya kita proses sebagian. Dan saat itulah fenomena deja vu terjadi.