Lebih lanjut Finna menjelaskan, GERD terjadi karena asam lambung naik ke arah kerongkongan.
Peningkatan kadar hormon selama kehamilan akan membuat pergerakan otot saluran cerna melambat, sehingga makanan dan asam lambung lebih lama dicerna. Hal ini meningkatkan kemungkinan refluks asam.
Selain itu, rahim yang semakin membesar akan memenuhi rongga perut dan mendesak organ perut lainnya sehingga tekanan yang timbul dapat memperburuk gejala GERD.
Masalah kesehatan ini nantinya akan mereda setelah bayi lahir, tapi apabila sebelum hamil sudah bergejala, disarankan untuk melakukan pemeriksaan sejak dini.
“GERD mungkin membuat ibu tidak nyaman, tapi jangan khawatir karena GERD tidak akan memengaruhi tumbuh kembang janin,” kata Finna.
GERD memang umum dialami selama masa kehamilan, tetapi tidak boleh dianggap enteng dan harus mendapat perhatian khusus.
“Segeralah konsultasi dengan dokter jika mengalami GERD yang sudah kronis, guna diberikan pencegahan dan pengobatan yang tepat dan aman dikonsumsi oleh ibu hamil dan untuk janin yang dikandungnya,” tutup Finna.