2. Seberapa penting penerapan wolbachia?
Virus dengue mudah bereplikasi pada nyamuk Aedes aegypti. Hal ini berujung terjadinya peningkatan delapan kali lipat kasus DBD di dunia pada tahun 2000-2022, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
DBD meningkat dari 500.000 kasus menjadi 4,2 juta. Bahkan dikatakan, jika setengah dari populasi dunia berisiko terkena demam berdarah, yang mana penyakit ini telah menyerang sekitar 129 negara.
Menilik kondisi global, penerapan nyamuk wolbachia menjadi harapan pengendalian penularan dengue.
“Aedes aegypti merupakan vektor utama dari demam berdarah karena virusnya mudah bereplikasi di nyamuk dan memang banyak pada manusianya,” terang Wiku Adisasmito.
“Kalau kena dengue, bisa menyebabkan pecah-pecah pembuluh darah atau perdarahan, kencing berdarah, mimisan atau shock syndrome karena semuanya (pembuluh darah) pecah. Jadi, wolbachia itu intinya cara mengendalikan (dengue) secara dunia.”
Perlu Penelitian Dampak Jangka Panjang Wolbachia
Di sisi lain, perlu ada penelitian terhadap dampak jangka panjang terhadap penerapan wolbachia.
“Untuk dampak jangka panjang tentunya perlu penelitian ya dan ini PR-nya seluruh dunia juga termasuk di Amerika. Apakah dengue ada di Amerika (bagian utara)? Enggak ada, tapi nyamuknya sudah mulai ada ke daerah utara karena climate change,” tutur Wiku yang mendalami dengue.
“Namun, di Amerika bagian selatan udah mulai ada (kasus dengue). Meksiko ada kasusnya banyak, Kuba dan Amerika Latin banyak, Pacific Islands banyak sekali. Lalu, Indonesia, Asia sampai Vietnam ada juga kasusnya udah lama sekali.”