Liputan6.com, Jakarta – Silent treatment atau perlakuan diam terjadi sebagai reaksi seseorang saat merasa marah ketika menghadapi masalah. Biasanya tindakan ini menjadi bagian dari pola kontrol terhadap pasangan.
Psikolog dan terapis hubungan, Sian Khuman, memandang silent treatment adalah perlakuan yang ekstrem dalam hubungan.
“Silent treatment adalah salah satu cara paling ekstrem untuk mengekspresikan emosi seseorang,” kata Sian.
Psikolog dari University of Sydney, Australia, Karen Gonsalkorale pun meneliti topik alasan seseorang melakukan silent treatment. Ternyata, jawaban umum seseorang melakukannya untuk ‘menghukum’ orang lain dalam hal ini pasangan.
Masih menurut Gonsalkorale, penyebab kedua aksi diam adalah bentuk menghindari konflik. Pada penelitiannya pun ia mencatat, bahwa aksi tersebut dilakukan ketika situasi menjadi tidak terkendali.
“Perdebatan semakin memanas dan mereka ingin menutup serta menghentikannya,” tambah Sian.
Merasa Terkurung Akan Rasa Kesal
CEO Relationships Australia NSW, Elisabeth Shaw mengatakan penyebab lainnya pasangan menjadi diam lantaran terkurung akibat kondisi yang dialami.
“Saya pernah bekerja dengan orang yang merasa begitu terkurung dalam rasa kesal atau reaktivitas mereka sendiri. Sehingga mereka merasa sulit untuk berbicara,” kata Elisabeth.
“Meskipun tahu pasangannya menderita, mereka merasa marah,” lanjutnya mengutip ABC.